Share This Post

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on email

Siti Walidah lahir di Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1872. Siti Walidah merupakan putri seorang ulama dan kerabat Kesultanan Yogyakarta bernama Kiai Haji Muhammad Fadli. Sosok Siti Walidah sudah menonjol sejak kecil jika dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, dari segi kemampuan berbicara dan keberanian. Siti Walidah menempuh pendidikan dari dalam rumahnya sendiri dengan diajari oleh orangtuanya. Di rumah itu Siti Walidah belajar tentang Islam, termasuk bahasa Arab, Al-Quran hingga membaca naskah-naskah dalam aksara Jawi. Selain di rumah, Siti Walidah juga belajar di langgar atau mushala untuk memperdalam pelajaran yang didapat dari rumah.

Siti Walidah adalah istri dari pendiri Muhammadiyah yakni, Kiai Dahlan. Ia juga merupakan aktor penting di balik berdirinya ‘Aisyiyah. Meski begitu, ketika ‘Aisyiyah berdiri, istri Kiai Dahlan ini tidak serta merta didaulat sebagai ketua. Ketika itu, Siti Walidah belum menguasai baca-tulis Latin dan manajemen organisasi modern. Ia merasa belum mampu memimpin ‘Aisyiyah.

Tahun 1921, barulah Siti Walidah terpilih menjadi ketua ‘Aisyiyah menggantikan Siti Bariyah. Masa kepemimpinan pertamanya berlangsung sampai tahun 1926. Tahun 1927, dalam Kongres ke-16 Muhammadiyah di Pekalongan, Siti Bariyah kembali terpilih menjadi ketua. Waktu itu, digambarkan kondisi politik umat Islam sedang memanas.

Siti Walidah kembali memimpin ‘Aisyiyah berdasarkan hasil keputusan Kongres ke-19 Muhammadiyah di Bukittinggi, kongres pertama yang diadakan di luar Pulau Jawa.

Kiprah Siti Walidah

1. Mengusahakan pendidikan (pengajian) kaum wanita di beberapa kampung, seperti Kauman, Lempuyanagan, Karangkajen dan Pakualaman. Perkumpulan pengajian ini dikenal dengan nama Wal Ashri.

2. Pengajaran agama, membaca, dan menulis bagi buruh perempuan masyarakat ngindungan. Perkumpulan pengajian ini dikenal dengan nama Maghribi School.

3. Mendidik gadis-gadis di asrama (internaat)

4. Pada awal kepemimpinannya, di bulan puasa, Aisyiyah menyuplai muballighat ke kampung untuk memimpin Tarawih, mengadakan kursus agama untuk pekerja dan istri pegawai serta merayakan hari-hari besar Islam.

4. Mempelopori pembuatan kerudung. Kerudung model songket bergambar bunga (songket Kauman). Kerudung inilah yang menjadi ciri khas anggota wanita di Muhammadiyah. Aisyiyah sendiri juga turut memotori gerakan berkerudung bagi kaum wanita.

5. Mendirikan Taman Kanak-kanak yang diberi nama Frobel School. Taman Kanak-kanak inilah yang di kemudian hari menjadi Bustanul Athfal.

Sumber:

https://suaraaisyiyah.id/daftar-ketua-umum-pp-aisyiyah-dari-masa-ke-masa/

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/13/121500378/biografi-nyai-ahmad-dahlan-pahlawan-nasional-perempuan-asal-yogyakarta?page=allhttps://aisyiyah.or.id/tokoh?tokoh_id=4

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Aisyiyah

Siti Walidah

Siti Walidah lahir di Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1872. Siti Walidah merupakan putri seorang ulama dan kerabat Kesultanan Yogyakarta bernama Kiai Haji Muhammad Fadli.

Aisyiyah

Siti ‘Aisyah Hilal

Siti Aisyah binti K.H. Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1905. Dia anak keempat dari enam bersaudara putra-putri K.H. Ahmad Dahlan dengan Siti