K.H. Hisyam (1934-1937)

Share This Post

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on email

K.H. Hisyam lahir di Kauman Yogyakarta, tanggal 10 November 1883 dan wafat 20 Mei 1945. Ia memimpin Muhamadiyah hanya selama tiga tahun. Ia adalah salah satu murid langsung K.H. Ahmad Dahlan, yang juga adalah seorang abdi dalem ulama Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Ia dipilih dan dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-23 di Yogyakarta tahun 1934, kemudian dipilih lagi dalam Kongres Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin pada tahun 1935, dan berikutnya dipilih kembali dalam Kongres Muhammadiyah ke-25 di Batavia (Jakarta) pada tahun 1936.    

Yang paling menonjol pada diri Hisyam adalah ketertiban administrasi dan manajemen organisasi pada zamannya. Pada periode kepemimpinannya, titik perhatian Muhammadiyah lebih banyak diarah­kan pada masalah pendidikan dan penga­jaran, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Banyak kebaikan dan jasa K.H. Hisyam selama ia memimpin, antara lain:

  1. Pertama, KH Hisyam sukses mengembangkan bidang pendidikan di Muhammadiyah. Bermula dari gerakan KH Ahmad Dahlan yang pada 1911 mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah sebagai sekolah yang diperuntukkan bagi para pribumi. Dalam perjalanannya, lembaga pendidikan itu oleh KH Ahmad Dahlan diubah menjadi Kweekschool Muhammadiyah.
  2. Kedua, KH Hisyam menjadi Ketua Hoofdbestuur/HB Muhammadiyah untuk tiga periode berturut-turut. Awal, KH Hisyam terpilih menjadi Ketua PB Muhammadiyah pada Kongres Muhammadiyah ke-23 pada 1934 di Yogyakarta. Terpilih lagi, pada Kongres ke-24 di Banjarmasin pada 1935 dan terakhir terpilih lagi pada Kongres ke-25 di Jakarta pada 1936.
  3. Ketiga, KH Hisyam tertib dalam hal administrasi dan manajemen organisasi. Selama tiga tahun Muhammadiyah dipimpin KH Hisyam, kemajuannya sangat pesat termasuk di segi tertib administrasi organisasi.
  4. Keempat, KH Hisyam tergolong taktis. Bahwa, dalam memajukan pendidikan Muhammadiyah KH Hisyam berkenan “bekerja sama” dengan pemerintah kolonial Belanda. Muhammadiyah bersedia menerima bantuan keuangan dari pemerintah kolonial Belanda untuk perbaikan pendidikan. Meski jumlah bantuan itu sangat sedikit tidak sebanding dengan bantuan kepada sekolah-sekolah Katolik/Kristen), tapi itu dirasakan sebagai pilihan yang taktis-strategis.
  5. Kelima, KH Hisyam rendah hati. Berkat jasa-jasa Kiai Hisyam dalam memajukan pendidikan untuk masyarakat, beliau mendapatkan penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda berupa bintang tanda jasa, yaitu Ridder Orde van Oranje Nassau.

Sumber:

https://pwmu.co/173204/01/06/kh-hisyam-pemimpin-muhammadiyah-yang-fenomenal-meski-tak-terkenal1/ https://muhammadiyah.or.id/kh-hisyam/

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Muhammadiyah

K.H. Ibrahim (1923-1934)

K.H. Ibrahim lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874 dan wafat pada tahun 1934. Ia adalah putra K.H. Fadlil Rachma­ningrat, seorang Penghulu Hakim

Muhammadiyah

K.H. Hisyam (1934-1937)

K.H. Hisyam lahir di Kauman Yogyakarta, tanggal 10 November 1883 dan wafat 20 Mei 1945. Ia memimpin Muhamadiyah hanya selama tiga tahun. Ia adalah salah satu