K.H. Mas Mansur (1937-1942)

Share This Post

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on email

Mas Mansur lahir pada 25 Juni 1896 di Surabaya. Ibunya bernama Raudhah, seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo, Wonokromo, Surabaya. Ayahnya bernama KH Mas Ahmad Marzuqi, seorang pioneer Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur pada masanya. Dia berasal dari keturunan bangsawan Astatinggi Sumenep, Madura. Dia terkenal sebagai imam tetap dan khatib di Masjid Agung Ampel Surabaya, suatu jabatan terhormat pada saat itu.

Pada tahun 1921, Mas Mansur masuk organisasi Muhammadiyah. Awalnya anggota biasa kemudian menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, lalu menjadi Konsul Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur. Pada tahun 1927, ia dipercayai menjadi ketua Majelis Tarjih pertama. Puncaknya dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta pada Oktober 1937, Mas Mansur resmi ditunjuk menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Di bawah kepemimpinan Mas Mansur, Persyarikatan Muhammadiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat baik dalam dakwah, pendidikan, kaderisasi, maupun dalam pergerakan nasional.

Setelah menjadi Ketua PB Muhammadiyah, Mas Mansur banyak melakukan jasa dan gebrakan. Jasa dan gebrakan yang dilakukan diantaranya yaitu:

  1. Mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Selain didominasi oleh aktivis Muhammadiyah, dalam MIAI juga ada Hasyim Asy’ari dan Wahab Hasbullah yang keduanya tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
  2. Mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) tahun 1938 bersama Sukiman Wiryasanjaya. Menurut sebagian kalangan, pendirian ini dilakukan sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII).
  3. Pada 19 Maret 1939, Mas Mansur dan R. Wiwoho mewakili Partai Islam Indonesia (PII) tersebut untuk mendirikan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) bersama kaum pergerakan kebangsaan di Jakarta.
  4. Mas Mansur bersama dengan Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantoro ditunjuk sebagai pimpinan PUTERA yang kemudian dikenal dengan sebutan Empat Serangkai.  Keempat tokoh ini dianggap Jepang sebagai kelompok yang paling berpengaruh di Indonesia.

Selain itu, K.H. Mas Mansur juga piawai bukan saja dalam mengurusi organisasi, atau berpidato melalui dakwah-dakwahnya yang santun dan sejuk, tapi juga dalam dunia karang-mengarang, suka buku dan perpustakaan. Di antara buku yang pernah ditulis beliau misalnya:

  1. Adabul Bahtsi wal Munadlarah, Masa’il Khamsah, Hadits Nabawiyah (ditulis dalam berbahasa Arab),
  2. Syarat Syahnya Nikah 
  3. Rangkaian Mutu Manikam
  4. Pernah juga menulis kata pengantar dalam buku “Rumah Tangga Rasulullah” karya A.R. Baswedan.
  5. Tafsir Langkah Muhammadiyah (URL:http://search.lib.ums.ac.id/cgi-bin/koha/opac-detail.pl?biblionumber=54031  )

Mas Mansur meninggal di tahanan pada tanggal 25 April 1946. Sang ulama sekaligus negarawan ini wafat sebelum usianya memasuki setengah abad. Jenazahnya dimakamkan di Gipo, Surabaya. Mas Mansoer dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 26 Juni 1964.

Sumber: https://suaramuhammadiyah.id/2020/03/23/profil-kiai-haji-mas-mansyur-peran-dalam-empat-serangkai/ https://muhammadiyah.or.id/kh-mas-mansoer-pahlawan-nasional-dari-muhammadiyah/

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Muhammadiyah

K.H. Ibrahim (1923-1934)

K.H. Ibrahim lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874 dan wafat pada tahun 1934. Ia adalah putra K.H. Fadlil Rachma­ningrat, seorang Penghulu Hakim

Muhammadiyah

K.H. Hisyam (1934-1937)

K.H. Hisyam lahir di Kauman Yogyakarta, tanggal 10 November 1883 dan wafat 20 Mei 1945. Ia memimpin Muhamadiyah hanya selama tiga tahun. Ia adalah salah satu