K.H. Ahmad Badawi (1962-1968)

Share This Post

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on email

Ahmad Badawi Lahir pada 5 Februari 1902, Ia dalah salah seorang putra KH Muhammad Fakih. Kyai Fakih menikah dengan Siti Habibah, yang tidak lain adalah adik kandung KH Ahmad Dahlan. Ahmad Badawi, termasuk di antara murid-murid pertama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan sejak 1911. Di sekolah Islam modern pertama di Yogyakarta inilah sang tokoh menempuh pendidikan dasarnya. Pada tahun 1908-1913, ia juga  belajar di Pesantren Lerap, Karanganyar, untuk mengenal Ilmu Nahwu dan Sharaf. Dalam catatan Yunus Anis (1971: 27), sosok Ahmad Badawi kecil rupanya pernah mengaji kepada KH Ibrahim, adik ipar KH Ahmad Dahlan yang dikenal mumpuni dalam bidang agama Islam.

Karir Ahmad Badawi di Muhammadiyah dimulai sejak 1926, ketika ia masuk Bagian Tabligh HB Muhammadiyah. Sambil berdakwah, ia mengajar di Madrasah Muallimin dan Muallimat (dulu Kweekschool Muhammadiyah dan Kweekschool Isteri), dan aktif menggerakkan literasi lewat Bagian Taman Pustaka. Ia juga aktif di Pemuda Muhammadiyah dan Hizbul Wathan. Semenjak berkiprah di Muhammadiyah, ia lebih leluasa mengembangkan potensi dirinya untuk bertabligh. Keinginan ini dijalankan melalui kegiatan sebagai guru di sekolah (madrasah) dan melalui kegiatan dakwah lewat pengajian dan pembekalan ke-Muhammadiyah-an.

Memasuki fase Orde Lama, kiprah Ahmad Badawi di Muhammadiyah maupun di pemerintahan sangat strategis. Ditopang dengan kepiawaian berdiplomasi tingkat tinggi, jaringan dakwahnya merambah ke struktur kekuasaan Orde Lama pada waktu itu. Bahkan ia mendapat amanat untuk menjabat sebagai Penasehat Kementerian Agama pada tahun 1946-1947. Semenjak itu, keberadaan Badawi tidak diragukan lagi. Di Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Badawi selalu terpilih dan ditetapkan menjadi Wakil Ketua. Pada waktu Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta, Badawi terpilih menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1962-1965, dan pada Muktamar Muhammadiyah ke-36 di Bandung terpilih lagi menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1965-1968.

KHA. Badawi meninggal hari Jum’at 25 April 1969 pukul 09.45 di Rumah Sakit PKU Muham­madiyah Yogyakarta. Usaha para dokter tidak bisa menghadang takdir Allah yang telah ditentukan atasnya. Di saat meninggal, KHA. Badawi masih menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung dari tahun 1968. Sedang di Muhammadiyah beliau ditempatkan sebagai Penasehat PP. Muhammadiyah periode 1969-1971 berdasar hasil Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta.

Sumber: https://laik.umri.ac.id/?p=31

https://suaramuhammadiyah.id/2021/05/14/ahmad-badawi-dan-dakwah-kekuasaan/ https://muhammadiyah.or.id/kh-ahmad-badawi-ketua-1962-1965/

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Muhammadiyah

K.H. Ibrahim (1923-1934)

K.H. Ibrahim lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874 dan wafat pada tahun 1934. Ia adalah putra K.H. Fadlil Rachma­ningrat, seorang Penghulu Hakim

Muhammadiyah

K.H. Hisyam (1934-1937)

K.H. Hisyam lahir di Kauman Yogyakarta, tanggal 10 November 1883 dan wafat 20 Mei 1945. Ia memimpin Muhamadiyah hanya selama tiga tahun. Ia adalah salah satu